Senin, 27 Februari 2012

Pengantar Filsafat
 Oleh; Mohammad Ali

BAB I
PENDAHULUN
Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani.
Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Keadaan tersebut jelas berbeda dengan Mesir, Persia, dan India. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan.
Pada masa Yunani kuno, filsafat secara umum sangat dominan, meski harus diakui bahwa agama masih kelihatan memainkan peran. Hal ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phitagoras (572-500 SM) belum murni rasional. Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos. Jadi, dapat dikatakan bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah agama yang berkualitas tinggi.
Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya. Mereka mampu melebur nilai-nilai agama dan moral tradisional tanpa menggantikannya dengan sesuatu yang substansial.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Aliran Miletos/Madzhab Milesian
Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos, di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian:
1.    Thales
Thales hidup sekitar 624-546 SM. Thales disebut-sebut sebagai bapak filsafat Yunani sebab dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Namun sayang,  filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya disampaikan dari mulut ke mulut melalui murid-muridnya.
Thales adalah orang yang suka berkelana. Pernah pada suatu saat dia berkelana ke Mesir, dikatakan bahwa ia pernah menghitung tinggi sebuah piramid. Ada yang mengatakan bahwa Thales menggunakan kepintarannya dalam ilmu pasti dan ilmu astronomi sebagai ahli nujum dan akhirnya ia kaya raya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan secara tepat terjadinya gerhana matahari pada 585 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi.
Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan jadi dan akhir dari segala yang ada. Di awal air, di ujung air. Pandangannya menghubungkan semua yang ada di alam ini dengan air. Air asal dan akhir.
Bumi sendiri menurut Thales merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya. Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah satu. Bagi Thales, air adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi ahir dari segala-galanya.
Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya masing-masing.  Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup tetapi meliputi benda-benda mati pula.
2. Anaximander
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. lebih muda lima belas tahun dari Thales, tapi meninggal dunia dua tahun lebih dulu dari Thales. Meskipun ia murid Thales, namun Anaximandros mempunyai prinsip alam yang berbeda dari gurunya. Ia berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segala-galanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.
Jika melihat sifat-sifat yang diberikan oleh Anaximandros tentang apeiron yaitu sebagai sesuatu /zat yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat diserupakan dengan alam, maka barangkali yang ia maksud dengan apeiron adalah Tuhan.
3.    Anaximenes
             Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Anaximenes adalah salah seorang murid Anaximandros. Ia adalah filosof alam terakhir dari kota Miletos. Dalam pandangan tentang asal muasal, Anaximenes turun kembali ke tingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah sesuatu dari yang ada dan kelihatan. Bedanya, kalau Thales mengatakan air adalah asal dan kesudahan dari segala-galanya, Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan ahirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar.
Sebagai kesimpulan ajarannya, Anaximenes mengatakan bahwa sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain adalah udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini menjadi satu. Maka ia menjadi filosof yang pertama kali memperbincangkan jiwa dalam pandangan filsafat. Hanya saja, Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal penghidupan jiwa. Dan memang ini di luar garis filosofi alam.
B.   Aliran Pythagoras
1.       Pythagoras
 Pythagoras lahir di Samos Pythagoras dilahirkan di Samos sekitar 580-500 SM, tetapi kemudian pindah ke Kroton, Italia Selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah tarekat keagamaan yang disebut-sebut orang kaum Pythagoras. Mereka diam dan menyisihkan diri dari masyarakat. Tarekat ini mendidik kebatinan dengan mesucikan ruh.
Menurut kepercayaan Pythagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Selain itu, Ia berpendapat bahwa semesta ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatasa dan tak terbatas.
 Dapat dikatakan bahwa ajaran tentang bilangan ini adalah batu sendi seluruh pandangan hidup Pythagoras.
Dari sini dapat dilihat kecakapan Pythagoras dalam matematika mempengaruhi pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan hubungan antara angka-angka tersebut.
2.       Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat universal.
3.        Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitos hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan Pythagoras dan Xenophanes. Ia mengatakan bahwa asal segala sesuatu adalah api dan api adalah lambing dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang Selain itu, Heraklitos juga mengatakan segala sesuatu mengalami perubahan terus-menerus dan selalu bergerk, tidak ada yang menetap. Karena itu, kita “tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama.” Kalau saya melangkah ke dalam sungai untuk kedua kalinya, maka saya atau sungainya sudah berubah. Ia juga mengatakan bahwa dunia ini dicirikan dengan adanya kebalikan.
Heraklitos sering menggunakan kata Yunani logos yang berarti akal sebagai kata pengganti untuk kata Tuhan atau Dewa
C. Aliran Elea
1. Parmenides
 Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Parmenides hidup sezaman dengan Heraklitos akan tetapi ia berasal dari Elea dan berpandangan yang sangat kontras dengan Heraklitos. Parmenides menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah. Baginya, kenyataan bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu.  justru hakekat sesuatu adalah perubahan. Arti besar Parmenides ialah, bahwa ia menemukan secara mendalam idea tau gagasan tentang “ada.” “Yang ada itu ada.” Oleh karena “yang tidak ada” tidak dapat dipikirkan, dan hanya “yang ada” yang dapat dipikirkan, maka berada dan berpikir adalah sama.
            Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahasa tentang yang ada.
2. Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Zeno adalah murid Parmenides yang mencoba membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan dan tiada kejamakan dan ruang kosong. Ada bermacam alasan yang ia kemukakan untuk membuktikan bahwa gerak adalah suatu khayalan, di antaranya adalah:
 Anda tidak akan pernah mencapai garis finish dalam suatu balapan kalau tidak menempuh separuh jarak, lalu setengah dari separuh jarak, kemudian setengah dari sisa, setengah dari sisa, setengah dari sisa, kemudian anda hanya akan menghabiskan sisa yang tidak pernah habis. Anak panah yang meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam? Kata Zeno, diam.
Diam adalah bila suatu benda pada suatu saat berada pada suatu tempat. Anak panah itu setiap saat berada di suatu tempat, jadi anak panah itu diam, padahal kita jelas-jelas menyaksikan bahwa anak panah itu bergerak dengan cepat, akan tetapi Ajarannya yang penting dari filosof Zeno adalah pemikirannya tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.
3. Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, maka menurut waktu maupun ruang. 
D. Aliran Pluralis
1. Empedokles
            Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.
2. Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih). 
E. Aliran Atomis
    Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos = terbagi).
1.    Leukippos (± 540 SM)
Sejarah hidupnya hampir tak dikenal namun dia adalah ahli pikir yang pertama kali mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah: yang penuh dan kosong. Atom dinamainya sebagai yang penuh sabagai benda betapapun kecilnya dan bertubuh. Setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong.
Ia juga menyatakan tentang tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu.
2.    Demokritos (460-360 SM)
            Demokritos berasal dari kota kecil Abdera di pantai utara Aegea. Demokritos adalah murid Leukippos dan sama berpendapat bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak. Bagi Demokritos, adalah sangat penting untuk menekankan bahwa bagian-bagian pokok yang membentuk segala sesuatu tidak mungkin dibagi secara tak terhingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
Teori atom Demokritos menandai berakhirnya filsafat alam Yunani. Dia setuju dengan Heraklitos bahwa segala sesuatu di alam ini mengalir, sebab bentuk-bentuk itu datang dan pergi.
F. Aliran Sofis
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik, pandai dan kemudian berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab cara menyampaikan filsafatnya kaum sofis berkeliling ke kota-kota dan ke pasar-pasar. Para pemudanya juga dilatih berdebat dan berpidato.
Pokok-pokok ajaran kaum sofis adalah:
1) Manusia menjadi ukuran segala-galanya
2) Kebenaran umum (mutlak) tidak ada
3) Kebenaran hanya berlaku sementara
4) Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri
Tokoh-tokoh Sofisme antara lain adalah Phytagoras, Hippias, dan Gorgias.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal munculnya filsafat. Di wilayah Yunani, sekitar abad VI SM, muncul pemikir-pemikir yang disebut filosof alam. Dinamakan demikian karena objek yang dijadikan pokok persoalan oleh mereka adalah mengenai alam (cosmos). Dengan kata lain, mereka hanya menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya.
Pada saat itu, pemikiran tersebut dianggap merupakan pemikiran yang maju, rasional, dan radikal karena kebanyakan orang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang ditangkap dengan indranya atau dari cerita nenek moyang mereka atau legenda-legenda, tanpa mempersoalkannya lebih jauh.
Para filosof alam ini juga disebut filosof pra-Socrates, sebab mereka hidup sebelum zaman Socrates. Mengapa sejarah filsafat membagi dunia filsafat secara umum menjadi filsafat pra-Socrates dan Socrates? Antara lain adalah karena Socrates dianggap mewakili suatu era baru, secara geografis maupun temporal, dan banyak memberikansumbangsih pemikiran bagi Filosof seterusnya.

Saran-Saran
Setiap karya adalah bukti sejarah dari adanya kehidupan sebelumnya, banyak Pemikir-pemikir yang kita lupakan bahkan tidak tau apa dan bagaimana pergulatan pemikiran pada zaman dulu yaitu PraSocrates ini, banyak pemikiran yang tidak sesuai dengan pemikiran kita, tetapi bagaimana kita harus mereduksi pemikiran-pemikiran dari para filosof sebagai pengembang hazanah intelektual kita.


DAFTAR PUSTAKA
v  Noor, Hadian. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group. 1997.
v  Osborne, Richard. Filsafat Untuk Pemula.  Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2001.
v  Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
v  Turnbull, Neil. Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar