Selasa, 13 Maret 2012


RAPAT: Hal Vital dalam Organisasi
oleh; Mohammad Ali

Adanya suatu organisasi yang efektif dan efisien adalah mutlak diperlukan bagi setiap santri dan pesantren, sebab titik lemah islam dan pesantren adalah pada organisasinya. Kelemahan dalam organisasi menunjukkan kelemahan pada sumber daya manusianya(SDM). Ali bin Abi Thalib telah mengingatkan, “ kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kebetilan yang terorganisir”. Santri Nurul jadid harus mampu aktif dalam organisasi. Karena melalui media ini kita dapat mewujudkan sebuah tujuan bersama akan lebih mudah diraih dengan maksimal. Organisasi adalah pola hubungan yang saling terkait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, yang lebih mengedepankan komunikasi dan koordinasi dalam menjalankan aktifitasnya sehingga dapat mencapai tujuan bersama.
Organisasi adalah merupakan hal yang vital dalam suatu pondok, maju tidaknya suatu pondok tegantung dari organisasi yang berkembang di dalamnya. Pada saat sekarang ini dalam pondok Pesantren Nurul Jadid terdapat organisasi yang di dikelola atau pusatnya  adalah Biro Pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat yang merupakan induk dari organisasi-organisasi yang ada di dalam pondok baik organisasi bagi santri yaitu Forum Komunikasi Santri maupun alumni ( P4NJ).
Pada hari kamis dan jum’at pada tanggal 8-9 November 2011 yang dilaksanakan di Aula Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ). Biro Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat mengadakan suatu Pelatihan yang dikemas dalam Pelatihan “Manajemen Rapat”, dengan diadakannya pelatihan ini dikarenakan melihat kekurang profisionalan Ketua Forum Komunikasi Santri (FKS ) dalam mengatur jalannya rapat juga dalam pengambilan keputusan hasil rapat. maka Devisi Bakat dan Minat mengedakan suatu pelatihan yang bertujuan bagaimana Ketua FKS  mampu mengatur jalannya rapat dan dapat menghasilkan keputusan yang maksimal.
Dalam mengkader santri menjadi organisatoris yang professional perlu diadakannya suatu pelatiyang dalam mengasah mental dan juga intelektualnya,Ali Wafa selaku Deriktur BPPM.  Memberikan latar belakang di adakannya pelatihan tersebut “ karena banyaknya ketua Forum Komunikasi Santri (FKS) yang kurang paham terhadap cara memimpin rapat , maka kami mengadakan pelatihan ini, dan rapat merupakan hal yang urjen dalam organisasi lebih-lebih dalam mengambil keputusan” ujar
Hal ini merupakan hal yang baik dalam mengkader santri-santri agar professional dalam mengatur kekondusifan suatu rapat, Pemimpin rapat yang baik harus dilatih dan tidak hanya mengandalkan teori saja tetapi praktek merupakan hal yang lebih baik dalam memajukan suatu organisasi.
Dengan adanya pelatihan Manajemen Rapat, bertujuan bagaimana seorang leader dapat memimpin anak buahnya agar memahami dan mengerti tentang fungsi dari suatu rapat tersebut. “Menjadi pemimpin yang baik, berfikir rasional, dan dapat mengambil keputusan secara baik dan efektif dan memberikan pemehaman tentang bagaimana mengatur suatu rapat dan bagai mana dalam mengambil keputusan yang baik dan bagaimana seorang pemimpin juga paham  terhadap mekanisme dalam rapat seperti adminitrasi, apa yang perlu dipersiapkan dan bagaimana cara memutuskan suatu rapat. Imbuhnya
Dalam pelatihan menejeman rapat ini bagaimana seorang ketua tau dan paham tentang suatu rapat dan bagaimana cara mengatur forum agar kondusif, tidak hanya dijadikan teori saja tetapi bagai mana ketua FKS mampu menerapkannya dalam organisanya masing-masing.”Bagaimana anggota itu paham dan tau tentang rapat dan tau bedanya rapat dengan seminar, rapat dengan diskusi, bisai dan lainnya” imbuh .
Dalam pelatihan ini banyak hal yang dapat melengkapi khazanah pengetahun mengenai suatu rapat dan  terpenting disini adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mengimplementasikan apa yang di peroleh dari pelatihan Manajemen Rapat ini dalam suatu organisasi masing-masing.
Melihat peserta yang mengikutinya sesuai dengan yang di inginkan meski tidak 100%,  dengan banyaknya peserta yang ikut menunjukkan bahwa ketua-ketua FKS sangat antusias merespon positif dalam menambah khazanah keilmun dan mengasah intelektualnya. “ sudah cukup baik dalam
pelaksanaan pelatihan ini, peserta yang hadir 90% hadir semua hanya dari sisi sasaran kurang begitu kena, kan yang kita inginkan ketua FKSnya tapi yang hadir ketua 70% dan sekretaris 20%,. Dalam hal ini anggota sangat antusias dalam mendukung lancarnya kegiatan yang merupakan pembekalan bagi para peserta umumnya dan pada ketua FKS khususnya,  dan mengenai tindak lanjutnya dalam FKSnya masing-masing karena nanti waktu rapat akan ada anggota BPPM yang akan mengontrol dan mengarahkan jalannya rapat, dan apabila ada yang tidak sesuai dengan prosedur rapat maka akan di arahkan oleh pengurus bagian yang mengontrol, tambahnya.
Selanjutnya Harisun Selaku Ketua Panitia dalam Pelatihan Manajemen Rapat,memberikan tanggapan mengenai pelatihan Manajemen rapat ini, menurutnya kebanyakan dalam mengadakan suatu rapat yang sering kita ketemui adalah factor persiapan dalam surat-menyurat dan persiapan dalam rapat agar efektif dan kurang fahamnya temen-temen ketua FKS mengenai pentingnya suatu rapat.
Dengan diadakannya pelatihan ini bertujuan memberikan pemahaman bagaimana cara memimpin rapat yang baik dan bagai mana cara mengambil keputusan dalam suatu rapat dan termasuk bagaimana prosebur adminitrasi yang baik.
Dalam menyukseskan suatu kegiatan tidak akan terlepas dari suatu kendala, Menurut Harisun dalam pelaksanaan ini tidak terlepas dari suatu kendala yang dialami oleh panitia, seperti merumuskan konsep acara, dana belum turun, panitia mengandalkan kontribusi dari pesrta pelatihan yaitu Rp 25.000 per FKS, kesolidan panitia dalam acara, dan terkait dalam surat-menyurat juga,sehingga ada yang tidak mendapatkan surat pemberi tahuan mengenai kegiatan ini tersebut.
Pelatihan ini merupakan hal perdana BPPM dalam memperhatikan kwalitas organisasi FKS ini ,sehingga ketua-ketua FKS sangat mengapresiasi pelatihan tersebut secara positif. “ peserta sangat antusias sekali meskipun masih banyak temen-temen yang kurang sadar dalam memahami pentingnya suatu organisasi” tambahnya. Selain itu Harisun selaku ketua panitia, mengharapkan peserta pelatihan ini dapat memahami materi-materi yang dia ikuti selama dua hari dan dapat mengimplementasikan dalam FKSnya masing-masing.
Lebih lanjut tanggapan dari peserta pelatihan yang sangat merespon positif tentang diadakannya pelatihan tersebut. Menurut Syafiq selaku delegasi dari FKS sumenep mengatakan “menurut saya sangat senang diadakannya pelatihan ini karena dengan diadakannya pelatihan ini kita dapat memahami tentang menejeman rapat, tidak hanya teori saja, akan tetapi dari segi prakteknya saya juga memahami,kan yang terjadi pada sebelumnya temen-temen hanya rapat dan rapat tetapi tidak tau tentang apa pentingnya rapat dalam suatu organisasi. harapan saya kepada BPPM terutama bagian pengembangan bakat dan minat, bagaimana pelatihan yang di adakan tidak  hanya ini  tetapi pelatihan-pelatihan yang lain seperti adminitrasi dan lain sebagainya itu perlu agar kita menjadi organisator yang profisional yang tau dan paham tentang ke urjenan rapat dalam organisasi.
Lanjut Mohammad Ali selaku ketua FKS-Sapudi, menurutnya sangat luarbiasa dengan di adakannya pelatihan ini, karena baru sekarang ini diadakan pelatihan seperti ini, berarti BPPM sangat mempethatikan dan mengayomi Organisasi-organisasi yang ada dinaungannya, dan ini merupakan pencanangan dari salah satu pusaka yang diwariskan pendiri pondok ini yakni kesadaran berorganisasi yang harus tertanam dalam diri seorang santri.
Harapan saya, bagaimana hal yang lebih dari ini dapat terjadi dan tidak hanya ini saja, karena organisasi sangatlah penting dalam diri kita lebih-lebih dalam masyarakat, karena ini merupakan bekal kita nanti apabila telah kembali pada masyarakat, karena sangat beda antara santri yang ikut organisasi dan yang tidak ikut organisasi, baik dari tutur kata lebih-lebih dalam interaksi social, saya teringat dauh pendiri, “saya tidak mau mencetak kiai dan orang yang berintelktual, tetapi saya mau mencetak santri yang aktif dalam berdakwah, lebih baik mempunyai santri kondiktur Bus tetapi dia aktif berdakwah, dari pada seorang kiai tapi pasif dalam berdakwah”.
Sebagai seorang santri kita harus mengamalkan pusaka yang diwariskan pendiri pondok ini (KH.ZAINI MUN’IM) yaitu Trilogi Santri dan Panca Kesadaran Santri, karena dalam pusaka itu terdapat nilai-nilai yang membawa kita dalam kebaikan dan keselamatan  dunia dan akhirat.

“janganlah melihat masalalu dengan penyesalan, dan jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tetapi lihatlah realitas sosial ini dengan penuh kesadaran”



 
Bangsaku, Dirundung Pilu
Oleh; Mohammad Ali

“Takkan bahagia suatu bangsa apabila dia tidak biasa memenuhi kebutuhannya sendiri” Muhammad Al-Gazali
Dengan zaman yang semakin maju, begitu mudahnya dalam kehidupan melaksanakan suatu aktivitas kehidupan, baik dari kebutuhan pokok hingga ke kebutuhan tersier. Adakah terbesit dalam diri untuk berfikir tentang nomena yang terkandung dalam zaman modern ini, kita Cuma asyik-asyik menikmati tampa ingin tau dan mengkaji tentang hal positif dan nigatif dalam zaman modern pada saat sekarang ini. kalau kita manukil kata-kata dalam fiqih “ suatu perkara akan di hukumi haram atau wajib apa bila kita mengetahui tentang maslahat dan mudorat dari suatu perkara itu.
Apa bangsa ini akan menjadi bangsa yang sejah tera apabila manusia tidak mau untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik dari pada kehidupan sebelumnya, dengan berandaskan hukum agama dan negara, suatu bangsa haruslah patuh terhadap hukum-hukum dalam kehidupan  baik itu hukum negara ataupun hukum tradisi, dan juga bertanggung jawab untuk menjaga kemaslahatan  bersama dan  melestarikan bumi ini, karena manusia mempunyai martabat tinggi di dunia ini yaitu sebagai  kholifa fil arddli. 
bumi pertiwi kaya akan sumber daya alam tetapi kenapa masih banyak kemiskinan dan bahkan yang baru-baru ini begitu bergantungnya bangsa ini sehingga dalam masalah bahan pokok masih impor dari luar negri, seakan-akan bangsa ini miskin dan bahkan seakan-akan lebih elit dari bangsa lain.
begitu suburnya tanah negri ini seandainya bangsa ini pinter dalam mengelolah dan mengefisien kebutuhan pokok niscaya bangsa ini akan sejahtera dan bebas dari kemiskinan dan penganggura, jangan salahkan bangsa ini kalau banyak terjadi kriminal dimana-mana, begitu banya kriminal yang terjadi seperti di korang jawa pos (6/2) seorang remaja mencuri kas masjid dengan uang didalam Rp 26.000 dengan alasan tidak punya uang untuk makan dan ngamen tidak dapat sama sekali. sungguh empati kalau seandainya ini jadi pada diri kita, seandainya pemerintah pinter dalam mencari inisiatif dalam menanggulangi kemiskinan dan pengangguran dengan menyediakan lapangan kerja yang memadai sehingga negara ini akan berkurang kemiskinan dan pengangguran di negara ini.
pemerintah lebih memirkinkan elit masyarakat sehingga hukum di negri ini lemah dan bahkan terjadi distorsi pemahaman yang salah di benarkan dan yang benar di salahkan sehingga hukum yang ada seakan-akan hanya berlaku kepada orang bawah sementara bagi kaum elit seakan-akan bagai rambu lalulintas, diaskriminasi hukum yang seperti ini harus di antisipasi agar kedepan hukum bangsa ini adil tidak memihak pada kaum elit maupun kaum minoritas.

SANTRI YANG MEMANG SANTRI
 oleh; Mohammad Ali
Banya orang yang mendefinisikan santri secara sederhana adalah orang  yang menetap atau belajar di pondok, tetapi seorang tokoh (KH. Zuhri Zaini ) menjelaskan arti santri yang sesungguhnya. Kata Santri secara bahasa adalah santri berasal dari bahasa sansekerta, kata SAN (kesucian) TRI (Tiga) dan secara istilah santri adalah seseorang yang menjaga atau mengamalkan tiga ke sucian, tiga ke sucian tersebut adalah Pertama Tawaduk (merendahkan diri) Kedua Tabarruk (mencari barokah) Ketiga  Taqwa (melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya). Barang siapa yang dapat melaksanakan ketiga hal tersebut layak dikatakan santri dan bahkan bisa dikatakan santri yang memang santri.
Seorang santri pada umumnya harus tahu tentang apa itu santri, tidak hanya menyandang predikat satri tetapi tidak tahu tentang arti sesungguhnya tentang santri santri itu sendiri. Kadang kita bangga dibilang seorang santri tetapi kita tidak bisa melaksanakan  tiga aspek  dari arti santri itu sendiri. Tentang apa itu apa itu tawaduk, tabarruk, dan taqwa yang disebuk dengan tiga kesucian tersebut.
Kalau seorang santri dapat mengamalkan arti santi niscaya dia akan menjadi orang yang sungguh mendapatkan tiga pusaka tentang suatu kehidupan, tujuan hidup seorang muslim adalah mencari ketenangan hati dan menenamkan kebaikan didunia dan memetiknya nanti di akhirat.
Yang pertama Tawaduk seorang santri harus mengamalkan apa arti dari tawadu itu yaitu merendhkan diri, seorang santri harus mempunyai sikap tawaduk tidak harus meninggikan diri (sobong) tetapi bagaimana seorang santri mampu mengamalkan ilmu yang didapatnya walau hanya sedikit akan tetapi manfaat yang diprolehnya dapat berguna bagi oarang lain lebih-lebih pada dirinya sendiri.
Yang kedua Tabarruk, seorang santri harus mengamalkan apa arti dari Tabarruk itu, yaitu bagai mana seorang santri senantiasa mencari barokan dari seorang kiai, guru dan selainnya lebih-lebih dari kedua orang tua, meskipun ilmunya hanya sedikit tetapi dia mampu mengamalhan  dan menerapkankannya dalam kehidupan sehari-hari maka seorang santri akan menyambung dengan seorang guru, Hablumminallah wa hablumminanas.
Yang ketiga, Taqwa, seoarang santri harus mengamalkan apa arti takqwa itu, yaitu melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Bagai mana seorang santri ini dalam bertindak harus sesuai dengan syariat, apa yang di wajibkan bagi seorang muslim itu harus dilaksanakan dan apabila kita meninggalkannya maka kita akan mendapatkan siksa (Neraka), dan kita harus menjauhi apa yang dilarang oleh syariat maka kita harus meninggalkannya agar kita selamat dari siksa dan mendapat kebaikan (surga).
Dengan tiga aspek tersebut apabila kita mampu megamalkankannya arti santri dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka kita layak dikatakan santri dan kita tidak akan minder menyandang predikat santri yang memang santri.

Jumat, 09 Maret 2012

Pulauku Pulau Sapudi ( Pulau Sapi)

sepudi adalah pulau tua yang ada di pulau madura yaitu letaknya di kabupaten sumenep, dalam sejarah lisan menuturkan bahwa nama sapudi diambil dari nama penemuan pulau tersebut, banyak di ceritakan bahwa seluruh pulau yang ada di pulau madura sudah ketahuan semua dapat di jangkau oleh orang pada waktu dulu tetapi pulau sapudi tidak ada yang tau, karena pada waktu itu pulau sapudi tertutup oleh selimut gaib sehingga tidak kelihatan oleh mata (perisai gaib), dan kemudian seorang tokoh yang sekarang menjadi tokoh terkenal di pulau sapudi (leluhur) itu mendapatkan lamat(petunjuk) bahwa di pulau madura ada pulau yang tidak diketahui oleh orang kecuali orang-orang tertentu di sumenep, setelah mendapat petunjuk tersebut sunan Wirokromo (panembahan blingi) dan sunan Wirobroto (panembahan nyamplong) pergi mengembara mencari pulau yang terdapat dalam petunjuk itu, setelah bebera tahun mengembara akhirnya ketahuan juga bahwa pulau itu ada di timur pulau sumenep, yang sekarang dikenal dengan pulau sapi. orang pribumi sapudi lebih umum menyebutnya dengan podey karena menurut cerita lisan konon di pulau itu terdapat pohon yang sangat besar terletak di tengah-tengah pulau itu, tetapi sekarang sudah tidak ada karena menurut para sesepuh pulau itu pohon tersebut hilang begitu saja tampa sebab yang mempengaruhi sehingga menurut cerita kadang-kadang pohon itu nampak apa bila orang itu di kehendaki. pulau sapudi yang terkenal dengan pulau sapi terdiri dari dua ke camatan yakni kecamatan gayam dan kecamatan nonggunong, kecamatan gayam terdiri atas 10 desa atau kepala desa, sementara kecematan nonggunong terdiri atas 8 desa atau kepala desa sehingga secara keseluruhan pulau sapudi terdiri atas dua kecamatan dan 18 desa atau kepala desa. banyak sekali ke unikan yang ter dapat di pulau tua itu, lebih jelasnya datang langsung, kalau dari jawa bilewat pelabuhan Jangkar (Asembagus) dan Kalbut (Situbondo) kalau dari sumenep lewat pelabuhan Tungkek dan pelabuhan Kaleanget.  Alamat; Jl. Wirokromo-blingi (alifila@ymail.com).